Hi Dear, Assalamu'alaikum. Sebelum masuk ke tema postinganku kali ini, aku mau cerita dulu tentang berapa sulitnya membuat judul untuk tema kali ini. Ada perasaan seperti 'tersentil' gitu, dear. Karena akupun masih sering on/off dalam rutinitas perencanaan keuangan ini. Semoga dengan meringkas informasi yang pernah aku dapatkan tentang financial planning, aku bisa istiqomah menerapkannya. Aamiin.
Pernah ga sih mengalami penyesalan di akhir bulan gara-gara kebanyakan beli ini dan itu, hal-hal yang sebetulnya tidak diperlukan oleh kita? Dulu, tepatnya akhir tahun 2018, aku masih mengalami hal seperti itu loh. Sering banget nyesel tiap abis belanja sesuatu. Semua itu terjadi karena aku ga pernah disiplin dengan yang namanya financial planning. Tapi di tahun ini, aku mulai belajar lebih banyak dalam merencanakan keuangan dan cara mendisiplinkannya lewat conscious shopping.
Dalam perencanaan keuangan, tidak ada pola yang benar-benar tepat. Bisa jadi pola 1 berjalan lancar di si A, tapi tidak dengan si B. Maka dari itu aku terus bereksperimen dengan pola perencanaan keuangan ini. Kali ini, aku akan ilustrasikan bagaimana cara aku membuat perencanaan keuangan.
1. Buat daftar pengeluaran
Hal pertama ini adalah hal yang paling krusial, membuat daftar pengeluaran kadang membuat hati lelah karena seringkali kita dibuat kaget dengan berapa banyak nominal yang harus dikeluarkan tiap bulannya bukan? Hehehe. Pengeluaran ini, paling sedikit harus dibagi 3 pos. Pertama, kewajiban. Kedua, kebutuhan. Ketiga, keinginan. Apa saja sih contohnya?
Kewajiban
Kewajiban adalah hal-hal yang sifatnya harus dilaksanakan dan biasanya tidak fleksibel juga mengikat. Contoh yang tergolong dalam kewajiban adalah hutang, cicilan, asuransi, biaya sekolah, zakat dll.
Kebutuhan
Kebutuhan ini adalah hal-hal yang sifatnya harus dilaksanakan dan biasanya bisa disesuaikan dengan keadaan. Contoh dari kebutuhan adalah, biaya makan bulanan, transportasi, tabungan dll. Makan dan transportasi adalah komponen yang harus disiapkan pos nya, namun besaran dan banyaknya bisa disesuaikan dengan keadaan kita. Tabungan juga aku anggap sebagai kebutuhan, karena menabung itu harus bukan sekedar ingin.
Keinginan
Keinginan adalah hal-hal yang sifatnya tidak wajib dilaksanakan dan tidak mengikat. Contohnya adalah beli baju, make up, biaya liburan dll. Keinginan ini tidak akan berdampak terlalu besar jika tidak terlaksana, dampak yang mungkin muncul dari tidak terlaksananya keinginan mungkin bete. Hehehe.
Waktu aku mengikuti seminar pra nikah, Teh Betty & A Deda mengajarkan aku untuk bijak mengelola keuangan. Kala itu, aku dibekali ilmu untuk membagi pengeluaran. Dari 100% pemasukan tiap bulannya, gunakan 50% untuk biaya hidup, 20% tabungan dan 30% untuk anggaran berhutang. Untuk anggaran berhutang ini memang alangkah baiknya jika kita tidak memilikinya, tapi di jaman yang serba mahal ini, terkadang kita memang memerlukan barang-barang yang mungkin sulit kita dapatkan jika harus membayar cash, seperti membeli kendaraan ataupun rumah. Jadi, kalau kita mau berhutang, jangan sampai anggarannya melawati 30% dari pendapatan kita ya, dear. Untuk masalah berhutang ini memang sensitif ya, jadi dikembalikan pada individu masing-masing aja, kalau lebih suka menabung dibanding berhutang juga tidak ada salahnya kok. Your choice.
2. Pisahkan uangnya
Setelah membuat daftar pengeluaran, langkah selanjutnya adalah memisahkan uang yang ada. Aku menggunakan tiga rekening berbeda untuk penyimpanan uang.
Rekening utama
Digunakan untuk menerima gaji bulanan dan operasional rumah tangga. Seperti bayar listrik, belanja bulanan, bayar cicilan, beli pulsa dan paket data. Setelah aku buat rincian kebutuannya, aku ambil seperlunya sesuai dengan yang sudah dianggarkan di awal.
Pengeluaran itu biasanya aku breakdown lagi, biasanya aku juga membuat pengeluaran lebih detail untuk biaya operasional rumah tangga dan juga pribadi. Seperti berapa jatah masak tiap harinya, berapa kebutuhan gas dan air mineral tiap bulannya. Detailnya aku simpan dalam dompet yang berbeda. Karena aku bekerja, jadi operasional rumah tangga dan pribadi harus dipisah. Kedengarannya ribet ya? tapi ini bener-bener efektif untuk memantau sejauh mana kita konsisten dengan perencanaan keuangan yang sudah dibuat. Sumber dana yang masuk ke rekening utama ini tentunya dari gaji mengajar dan juga dari pak suami. Hehehe.
Rekening kedua
Digunakan untuk menyimpan uang tabungan wajib tiap bulan untuk dana darurat yang bisa digunakan kapanpun kita perlu. Seperti, hadiah untuk ke undangan pernikahan/sunatan, beli sufenir untuk keluarga/teman/tetangga yang melahirkan, sumbangan untuk keluarga/teman/tetangga yang sakit dan lain-lain. Hal-hal seperti itu juga harus diperhitungkan loh, dear. Sumber dana berasal dari gaji tiap bulan yang diterima, aku menganggarkan 10-20% dari gaji yang aku dapatkan tiap bulannya.
Rekening ketiga
Digunakan untuk menyimpan uang tabungan tambahan. Dana yang ada di rekening ini biasanya digunakan untuk memenuhi keinginan. Seperti ingin ganti gadget, atau ingin beli elektronik baru? Hehehe.. Sumber dana untuk rekening ketiga adalah honor tambahan, seperti honor ngawas ujian, honor kepanitiaan, reward dan lain-lain. Jadi biasanya besarannya berbeda-beda dan tidak rutin tiap bulan diisi. Kadang, dana yang ada di rekening kedua juga suka masuk ke rekening ini, supaya keinginan cepat terlaksana. Hehehe.
3. Catat pengeluaran
Ini adalah hal yang sering kali aku lupa, aku memang kurang telaten dalam penulisan laporan khususnya laporan keuangan, padahal hal ini sangat bermanfaat. Dengan melakukan pencatatan pengeluaran, kita bisa melihat sejauh mana konsistensi dalam mengelola keuangan, apakah kita sudah ngeluarkan dana sesuai anggaran, kita juga bisa melihat apakah kita konsumtif atau tidak, kita bisa melihat pengeluaran apa saja yang memakan space paling banyak dll.
4. Evaluasi
Setelah mengetahui laporan pengeluaran selama satu bulan, hal selanjutnya yang harus dilakukan adalah evaluasi. Evaluasi digunakan untuk mengetahui sejauh mana perencanaan efektif, apakah strategi yang dibuat sudah sesuai, apakah ada kehilangan dana, dan lain sebagainya. Evaluasi juga bisa membantu mengingatkan kita untuk tetap berusaha konsisten dalam perencanaan berikutnya. Supaya kita tidak lagi menyesal di akhir bulan.
Demikianlah ilustrasi financial planning yang bisa aku share kali ini, tulisan ini dibuat berdasarkan kolaborasi dengan Bandung Hijab Blogger. Semoga tulisan yang berdasarkan pada pengalaman pribadi ini, bisa bermanfaat ya, dear. See you in the next post, dear.
With love,
Waaah setuju banget nih apapun garys direncanakan dengan matang apalagi peruhal financial
BalasHapusBener say, supaya semua berjalan lancar jayaaaa
HapusAlhamdulillah metode metode nya hampir sama dengan metodeku. Pembagian rekening ini yang alhamdulillah manjur biar uang gak rudet dan tetep tertata 🖤
BalasHapusBetuull, karena kalo dicampur suka abis ga karuan.. Berasa uangnya ada teruuus hihihi
HapusAku paling males nyatet pengeluaran.. Suka sakit ati hahahha
BalasHapusSama bangeeet teh, makannya masih suka on/off nyatetnya hihihi.. apalagi kalo ga balance, lgsg aja tutup buku ahahahaha
HapusOverall sama teeh kujuga begituuj hehe
BalasHapusAmntaaappss
Yeaaah, mantaaaps :D ❤️
HapusNah ini nih, kadang semua keinginan ikut masuk ke pos kewajiban. ekekek.
BalasHapusKayaknya harus brainstorming lg untuk plotting pengeluaran
Hihihi, maunya juga gitu sih,, semuanya wajib terpenuhi :))
Hapus